Bismillah

Terima dengan lapang hati, ridho dengan episode yang harus dijalani, berbaiksangkalah kepada Allah niscaya akan lega hati ini (AaGym)

Senin, 22 September 2014

teduh

Allohu Akbar

Inikah indahnya sebuah iman

Manis yang aku rasakan

Sungguh saat ini aku merasakan manisnya iman

Allah.. kenapa tidak sejak dulu Engkau berikan?

Mungkin aku belum diberi rahmat dan hidayah-Nya

Belum saatnya mencicipi manisnya sebuah keimanan

Saat merasakan manisnya

Dunia ini tidak berarti untuk aku

Apa yang aku miliki aku hiraukan

Dijauhi pun bukan masalah

Karena aku memiliki-Mu Ya Rabbi

Aku memiliki-Mu

Indah rasanya, melayang rasanya

Ketenangan yang ku rasakan

Allahu Rabbi.. seindah ini-kah yang mereka rasakan

Mereka itu yakni yang Engkau rahmati, Engkau sayangi dan Engkau cintai

Allah.. aku memiliki rasa ini

Rasa yang Engkau berikan kepada hamba terpilih-Mu

Tentang sebuah rasa mengesakan-Mu

Mencintai-Mu, entah berapa cucuran air mata berjatuhan..

Sujud di atas sajadah cinta-Mu

Sujud disepertiga malam untuk-mu

Sujud atas kehendak-mu

Suka dan duka ini Engkau selalu mententramkan ku

Tak bisa ku berkata-kata tentang indahnya semua ini

Subhanallah wabihamdihi Subhanallahil adzim..

perjalanan menemukan cinta-Mu wahai pelindung-ku (niqab/cadar)

Bismillahirrahmanirrahiim..
foto bersama Mamah dan saudari


Bandung, 22 Septmber 2014

the journey of cadar/niqab

Hari ini saya mempunyai waktu luang dan akan saya gunakan untuk menuliskan kisah saya.. saya akan menulis cerita singkat sekali tentang hijrah saya memakai cadar yaa... sebelumnya apa kabar semuaa.. semoga Allah selalu merahmati kalian dimapapun dan kapanpun yaa dan dimudahkan segala urusan dunia dan akhiratnya.. aamiin mujibas sailin..

Sebenarnya sudah lama sekali saya tidak menulis tentang kisah saya dimanapun terutama menulis di laptop dan saya save di blog sendiri.. Alhamdulillah diingatkannya saya dengan cerita sebuah artikel tentang niqab, saya ingin berbagi kisah saya juga ketika saya mendapat hidayah memakai niqab/cadar...

Saya kuliah di kampus yang mayoritas mahasiswa/i-nya bisa dikatakan mahasiswa dan mahasiswi aktif di medan dakwah, di dukung juga oleh lingkungan kampus yang dekat dengan masjid dan ponpes yang banyak di masuki oleh mahasiswa/i juga dan saya berpikir kenapa saya menunda-nunda jika kesempatan sudah ada.. perubahan ini adalah perubahan saya secara total, dimana dunia saya juga akan berubah yaitu dari dunia gadis remaja ke dunia seorang wanita dewasa.. dan saya tidak mau melepaskan kesempatan ini.

Bagi saya perubahan ini adalah perubahan yang akan membuat saya bisa bernostalgia dengan cerita kelam saya, perubahan itu membawa saya menjadi seorang yang bisa melihat sebuah masalah itu sebagai peluang saya mendapat pahala sabanyak-banyaknya tanpa ingin saya mengeluh..

Alhamdulillah, dengan nikmat ini saya sangat bersyukur sekali. Bisa dikatakan hanya orang-orang terpilih yang hanya diberi hidayah oleh Allah.. Saya banyak mengenal akhwat-akhwat bercadar dari tahun 2011 dan dari perkenalan tersebut dibenak saya ada keinginan juga untuk bercadar tapi hanya sebuah keinginan atau kita sebut impian, ya mungkin keinginan ini tanpa saya sadari dan seiringan waktu berganti Allah kabulkan dengan dimantapkannya hati saya dan mental saya..

Awal dari saya bercadar itu karena perkenalan saya dengan ummahat bercadar di Bandung, dilanjut dengan istikharah saya.. apakah ini pilihan saya ya Allah dan apakah ini merupakan cahaya yang Engkau berikan untuk hamba agar berubah.. saya masih berpikir umur saya masih 18 tahun di tahun 2011 dan  posisi saya di keluarga masih dianggap sebagai  anak yang manja dan pasti orang tua saya menganggap saya ini terdoktrin oleh aliran sesat.. Alhamdulillah dengan seiringnya waktu selama 3 tahun ini saya bisa memposisikan diri saya, cadar saya di keluarga, di teman-teman dan di lingkungan..

Memposisikan diri ini yang membuat saya sedih dan sangat-sangat sedih, suka dukanya ini yang membuat air mata jatuh, dan bagi saya pengalaman selama saya bercadar ini-lah yang membuat saya bisa tegar menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian.. hidup kita di dunia ini tidaklah jauh dari ujian dan cobaan..

Awal dari saya diberi hidayah ialah terbukanya jawaban shalat istikharah saya, saya dimantapkan hati saya oleh Allah ketika hari pertama saya memakai cadar berwarna biru tua, Bismillahi tawakaltu alallah laa hawla wala quwwata ila billah.. ditambah dengan support para ummahat pada awal-awal di cadar.. karena pada tahun 2011-2012 tidak pernah saya melihat akhwat bercadar disini dan Alhamdulillah akhwat bercadar/berniqab tahun sekarang ini (2014) banyak dan seolah menjamurrrrrrrr dengan berbagai model dan gaya..hehe

Saya memantapkan diri memakai cadar karena dalam 1 bulan saya bermimpi seolah pilihan saya bercadar ini inshaa Allah benar, saya bermimpi datang ke masjid yang sangat besar dan indah terlihat seperti masjid yang keseluruhannya terbuat dari kaca dan mutiara.. ketika itu saya masuk ke dalam masjid dan membawa Al-qur’an kecil dan melewati masjid hingga ke lantai paling atas dan ketika saya melihat Al-qur’an yang saya bawa ini telah menjadi Al-qur’an besar berwarna emas dan sangat bersinar, padahal ketika saya bawa al-qur’an ini saya membawa Al-qur’an berwarna perak..

Mimpi lainnya, saya diberi sebuah hijab hitam yang hijab itu dalam mimpi saya diberikan oleh seseorang yang tidak terlihat wajahnya, dia memberikan hijab syar’i ini dengan tangan kanannya, kemudian dimimpi berikutnya saya bermimpi wudhu di samping masjid... mimpi ini saya alami dalam 1 bulan dan mimpi ini seolah tidak terputus dari hari ke hari..

Dan mimpi yang paling dahsyat, spesial untuk saya ialah saya datang ke sebuah daerah yang sangat sangat sangat mashaa Allah indah sekali,, melebihi dekorasi pemandangan di film-film kartun barbie mermadia, tinker bell,  barbie fairytopia magic of the rainbow, barbie mariposa and the fairy princess, rapunze; frozen dll deh.. (maaf ya saya sebutin semua film seperti ini soalnya suka #ketawa)... Di mimpi itu saya berjalan sendiri melewati bukit hijau, bunga yang banyak dan indah, langit yang cantik gradasi orange kuning biru, daun-daun pohon berguguran berwarna pink seperti bunga sakura ditambah sungai-sungai bersih nan indah... entah mengapa pemandangan ini benar-benar membuat saya ingin kembali ke alam mimpi ;agi ketika saya sadar dan terbangun.. ketika saya berjalan melewati daerah itu saya melihat wanita-wanita yang sangaaaaaaaatttttttttt begituuuuuuu cantik meskipun mereka bercadar... mata mereka begitu indah dan jeli.... wallahi ketika saya melihat mereka, saya berdercak kagum dan berdzikir... saya melihat mereka melewati saya sambil menganggukan kepala mereka kepada saya.. barisan mereka terbelah 2 karena saya yang jalan melawan arah ditengah jalan mereka.. saya diam seketika hingga barisan mereka saat jalan habis melewati saya.. saya tidak bisa bergerak dan seolah badan saya mati melihat keanggunan mereka.. mata mereka sangatlah cantik hingga saya terbangun dari mimpi saya masih merasa tidak bisa bergerak, seluruh badan saya menggigil dan seolah tenaga saya habis karena lelah..

Mimpi yang berkelanjutan ini yang membuat saya menerima segala konsekuensi karena saya tau pilihan ini inshaa Allah tidak akan salah..

Cobaan itu tiba ketika pilihan ini telah menjadi prinsip, tantangan demi tantangan seolah datang bertubi-tubi,, tahun 2011, 2012, 2013 adalah tahun-tahun ujian utama saya dalam berhijrah memakai pakaian utama para Ummahatul mu’minin,, pada 3 tahun itu saya masih menyelang memakai cadar dan masker karena ancaman orang tua saya, saya lebih memilih taat kepada orang tua dibanding hanya karena cadar saya menjadi anak durhaka..

Alhamdulillah seiring waktu, dakwah secara lembut, ditunjang akhlak baik, buah manis itupun saya tuai.. betapa bergembiranya saya ketika tidak ada lagi larangan memakai cadar bahkan abah menganjurkan selalu memakainya dan abah saya begitu bangganya memperkenalkan gadis kecilnya telah memakai pakaian syar’i ke orang lain ... inilah dakwah paling sempurna selama saya hidup yaitu dakwah dengan lemah lembut, dikuatkan oleh doa..

Tahukah sahabat-ku fillah, diri ini hanya takut ketika orang tua berucap seolah ridho dan ikhlas namun hatinya menolak mentah-mentah, saya hanya ingin mendapat ridho Allah dan ridho orang tua dalam hidup ini... saya sebagai hamba yang hina dina hanya mengamalkan 1 hadits yang hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah “Dari Abdillan bin Umar radhiyallahu’anhuma, beliau berkata, saya pernah bersama Rasulullah SAW. Datanglah seorang lelaki dari al-anshar kemudian memberi salam kepada Nabi SAW kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, mukmin  manakah yang paling afdhal? Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya”.
Inilah yang menjadi prinsip saya, yaitu akhlak.. saya tidak ingin menentang kedua orang tua, karena jasa mereka saya bisa hidup, belajar mengenal arti sebuah syukur, terlebih saya banyak belajar dari mereka meskipun keluarga saya bukanlah keluarga sempurna..

Tahun 2014 ini tahun spesial untuk saya, saya tidak pernah melepaskan penutup wajah ini kecuali melepasnya dirumah dan di depan mahram saya yaitu orang tua, adik, dan saudara/i.

Segini dulu ya saya bercerita.. jika ada waktu saya akan menulis kembali...




                                                                                                                  Adinda Siti Hapsoh
Wassalam...



Rabu, 16 Oktober 2013

Metode Menghafal Al-Qur';an

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam"Dari Jabir bin Nufair, katanya Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda; "Sesungguhnya kamu tidak  akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Qur'an.

Baiklah Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, menghafal Al Qur'an bukanlah perkara yang mudah, dibutuhkan keinginan yang kuat, keistiqamahan, kesabaran, dan disertai dengan UPAYA NYATA yakni mau memulai dan terus berusaha tanpa kenal lelah apalagi kata "MENYERAH", namun menghafal Al Qur'an juga bukanlah amalan yang mustahil untuk dikerjakan OLEH SIAPA PUN, sampai kepada kita yang memiliki seabrek kesibukan lainnya, namun perlu kami ingatkan sekali lagi, bahwa harus SABAR dan ISTIQAMAH...!


Bagaimana metode menghafal bagi orang-orang yang memiliki kesibukan...?

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy'an, antum jangan berfikiran bahwa dengan metode ini antum akan menghafal Al Qur'an dalam waktu setahun atau dua tahun, tidak Ikhwan dan Akhwat sekalian, bahkan metode ini membutuhkan waktu 15 hingga 30 tahun, TERLALU LAMA...? terserah penilaian antum bagai mana, namun setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI, mungkin antum khawatir akan diwafatkan terlebih dahulu sebelum menyelesaikan hafalan...? Maka kami sampaikan bahwa SETIDAKNYA KITA BISA BERBAHAGIA KARENA MENINGGAL DALAM KONDISI MEMBAWA NIAT YANG MULIA YANG DIBENARKAN OLEH AMALAN YANG TENGAH KITA LAKUKAN, dan juga antum jangan berfikiran bahwa ini adalah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan tanpa kesabaran, keistiqamahan, dan tindakan nyata, sebab tanpa semua itu berarti antum hanyalah BERANGAN-ANGAN...!


Syarat yang WAJIB untuk antum penuhi sebelum melaksanakan metode ini adalah:

1. Niat karena mengharap Keridhaan Allah.

2. Mampu membaca Al Qur'an dengan tartil (tajwid yang benar), atau setidaknya antum terus berusaha untuk memperbaiki kualitas bacaan Al Qur'an antum.

Berikut adalah metode yang Alhamdulillah telah kami buktikan sendiri dalam kurun waktu yang belum genap setahun ini:
1. Mulailah menghafal dari Juz 30 atau juz 29 atau juz 28, setelah itu silahkan mulai dari Juz 1 dan seterusnya.
2. Gunakan Mushaf Al Qur'an Huffadzh, yakni Al Qur'an cetakan standard international, di mana setiap juz-nya rata-rata terdiri dari +/- 10 lembar (20 halaman; di mana setiap halaman maksimal terdiri dari 15 baris), usahakan istiqamah dengan satu mushaf, tapi bukanlah alasan untuk tidak menghafal ketika suatu ketika antum lupa membawa mushaf antum, tetaplah menghafal meski dengan mushaf yang berbeda, ini hanya untuk lebih memudahkan antum dengan sebuah kebiasaan.

3. Persiapkan diri dengan mengatur 5 waktu khusus untuk menghafal dalam sehari, dan kami sangat menyarankan bahwa waktu tersebut adalah setiap antum selesai menunaikan shalat fardhu.
Setiap waktu tersebut, hafalkanlah 1 baris, jika hal tersebut masih terlalu berat bagi antum maka cukup hafal setengah baris saja setiap selesai shalat fadhu, dan jika setengah baris ini masih memberatkan bagi antum, maka 'afwan karena kami hanya mampu menyarankan kepada antum PERBANYAKLAH ISTIGHFAR...!!! (Ikhwan dan Akhwan sekalian, dengan menghafal 1 baris setiap selesai shalat fardhu, berarti insyaa Allah dengan kesabaran dengan keistiqamahan, antum akan Menghafal seluruh Al Qur'an dalam waktu 15 tahun, dan jika antum hanya sanggup menghafal setengah baris setiap waktu yang telah ditentukan tersebut, maka insyaa Allah dengan kesabaran dan keistiqamahan, maka antum akan menghafal seluruh Al Qur'an dalam waktu 30 tahun, sekedar mengingatkan bahwa setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI).

Jika memungkinkan, cobalah antum mencari sahabat atau teman yang bisa ikut menghafal bersama antum, sebab hal tersebut akan lebih menguatkan bagi antum, boleh dari saudara, teman, istri, atau suami, namun jika tak ada satu pun maka sendiri juga insyaa Allah tidak mengapa, ANTUM PASTI BISA...!!!
Jika antum memiliki media yang memungkinkan untuk membantu antum seperti HP, MP3/MP4 Player, atau apa saja yang dilengkapi dengan fasilitas recorder & playback maka gunakanlah media tersebut, rekam suara (bacaan) antum pada media tersebut agar antum bisa mendengarnya di setiap kesempatan sebelum tiba waktu selanjutnya, kegiatan ini sebagai media muraja'ah dengan pendengaran sekaligus melatih telinga kita untuk terbiasa tidak mendengar hal-hal yang sia-sia seperti lagu dan musik.

3. Banyak-banyak berdo'a kepada Allah 'Azza wa Jalla agar dimudahkan, diistiqamahkan untuk menghafal Al Qur'an, juga agar diberi usia, kesehatan, dan kesempatan untuk menyelesaikan cita-cita mulia ini.

4. Gunakan kesempatan Qiyam Al Layl sebagai waktu tambahan untuk memuraja'ah hafalan-hafalan antum.



MANAJEMEN KEGIATAN MENGHAFAL:

1. Target hafalan adalah 1 halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang sanggup untuk menghafal 1 baris setiap waktunya), atau setengah halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya), cara mencapainya:
- Ba'da Subuh mulai hafal 1 Baris / setengah baris (pilih salah satunya sesuai kesanggupan, kemudian istiqamah-lah!!!).
- Ba'da Dzhuhur tambah hafal 1 Baris / setengah baris.
- Ba'da Ashar tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.
- Ba'da Maghrib tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.
- Ba'da 'Isyaa' tidak perlu tambah hafalan, khususkan waktu ini untuk memuraja'ah (mengulang-ulang) semua hafalan yang telah di hafal hari itu, jangan lupa di antara waktu shalat fardu, manfaatkanlah media yang antum miliki untuk memuraja'ah hafalan antum melalui pendengaran.
- Lakukan hal di atas selama 4 hari berturut-turut (hingga antum menyelesaikan target antum dalam sepekan yakni 1 atau setengah halaman).

2. Dalam sepekan terdiri dari 7 hari, namun dengan metode ini insyaa Allah maksimal dalam 4 hari antum telah menyelesaikan target hafalan antum untuk sepekan, berarti masih tersisa 3 hari dalam sepekan tersebut, GUNAKANLAH 3 hari tersebut untuk memuraja'ah hafalan antum pada pekan tersebut, INGAT...!!! jangan terburu-buru untuk pindah ke hafalan selanjutnya, tetaplah istiqamah dengan target antum yakni 1 atau setengah halaman setiap pekannya.

3. Dalam sebulan, terdiri dari 4 pekan, berarti dengan metode ini antum akan menghafal 2 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya), atau 1 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya). Dari sini bisa kita ketahui bahwa dengan metode ini kita bisa menghafal 2 juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya, atau 1 Juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya, sebab 1 Juz = 10 lembar Al Qur'an, Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, ini berarti dalam setahun tersebut ada waktu 2 bulan tersisa yang lagi-lagi bisa kita manfaatkan untuk KHUSUS memperlancar hafalan kita tersebut. Sekali lagi kami ingatkan, bahwa JANGAN menambah hafalan antum di waktu-waktu yang telah kita khususkan untuk muraja'ah.



KESIMPULAN DARI PENERAPAN METODE INI:

1. Jika antum menghafal 1 baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur'an dalam waktu 15 tahun, dengan kata lain "TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 2 JUZ".

2. Jika antum menghafal setengah baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur'an dalam waktu 30 tahun, dengan kata lain "TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 1 JUZ".

KELAMAAN IKHWAN DAN AKHWAT SEKALIAN...???

SEKALI LAGI... INGATLAH PESAN KAMI INI:

IKHWAN... SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI...!!!
AKHWAT... SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI...!!!

Jika suatu ketika antum futhur (lesuh semangat) dalam menggapai cita-cita mulia ini, maka ingatlah (bacalah) kembali hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam tentang keutamaan dan kemualiaan para penghafal Al Qur'an, dan ingatlah kedua ibu bapak antum yang pastinya ingin untuk dipakaikan Pakaian Kemuliaan beserta Mahkota kemuliaan di Akhirat kelak.

Semoga Allah 'Azza wa Jalla senantiasa melindungi kita dari kefuhuran, dan menjadikan kita semua sebagai hamba-hambanya yang hafal Al Qur'an, mengamalkan, dan mendakwahkannya, serta mematikan kita semua dalam kondisi dada yang menyimpan Al Qur'an beserta kemuliaannya. Aamiyn Yaa Rabbal 'Aalamiyn.

Semoga bermanfaat, Salam dan do'aku untuk antum semua wahai saudara-saudariku seiman,


Sumber: Islamedia

Sabtu, 02 Maret 2013

Menggapai Hafidzah I


Bismillah
Mencoba..semangaaaaaaaaattttttt (jargon saya)
Kisah ini dikutip dari masa hidup ku sebelum menginjak kepala 2 di tahun ini, cita-cita seorang gadis yang berambisi ingin menjadi hafidzah.
Dengan seluruh kekuatan, fikroh, jasadiah, ruhaniah diri ini terus mencoba menjadikan mimpi itu sebuah kenyataan. Yaa mungkin bagi sebagian kalangan dari temanku sebuah kata “Mustahil” jika aku bisa menjadi seorang hafidzah.
Suatu cita-cita terbesar selama aku hidup hingga saat ini. Tidak ada kata menyerah meski mimpi itu menanggung sebuah beban kehidupan yang membuat hati tergores, but i don’t care coz all for Allah (LILLAH). Adakalanya saat hati ini semangat menghafal, terbersit kata-kata orang-orang yang menyatakan bahwa aku mustahil bisa menjadi hafidzah, saat itu pula rasanya selalu ada bisikan bahwa“adin you can do it,,remember LILLAh LILLAH LILLAH”.
Jika mengingat hal itu air mata ini selalu berjatuhan, mengingat kembali  aku memang orang biasa dan bukan orang yang luar biasa dimata mereka TAPI aku ingin luar biasa di mata Sang Pencipta Alam Semesta. Sedikit demi sedikit aktifitasku yang memang menjadi rutinitasku dikampus yaa aku tinggalkan, demi mengejar dan mencapai impian yang kata orang bijak itu impian yang mulia.
Banyak pro dan kontra dalam memilih sebuah pilihan, adakalanya kita memilih A dan pihak B menjudge bahwa “kamu tidak profesional, tidak amanah dll !@#^%$#&$@&$%@%#@”, dan sebaliknya. But i dont care, yang pasti sebelumnya telah aku ultimatumkan bahwa aku akan berhenti dari ini, jika memang masih berjodoh dengan mereeka semua pasti kita akan dipertemukan lagi dalam satu naungan dakwah yang sama.
pernah terbesit dibenakku, jika aku telah menjadi hafidz apa yang akan aku lakukan selanjutnya?? Inginnya sih melanjutkan S2 diluar negeri, ingin melanjutkan dakwah, dll (dasar pemimpi tapi semua keberhasilan hidup itu berawal dari mimpi lho). Ga tau diri ini yang orangnya kekeuh(bahasa sunda)/“keras kepala” yang memang kalo ada targetan yag harus tercapai pasti harus bisa dicapai tanpa memikirkan bagaimana caranya tapi asalkan targetan itu goal :D
hahaa dasar Golongan darah O itu kaya gitu kali yaa, back to my story.. pernah aku menemukan sebuah status yang dimana status tersebut berisi “tiap juz itu ada ujiannya”, waaahh betul sekali ni statusnya.. karena memang dari tiap juz yang aku hafal pasti ada ujiannya, baik itu ujian muraja’ah (itu pastilaaaaahhh), ujian dari lingkungan (teman), akademik (bentrok sama tugas yg ga kegarap, dimarahin dosen karena kesiangan gara2 begadang, dll). Tapi semuanya nikmati saja karena hakikatnya kita diberi ujian itu karena derajat kita akan dinaikkan sama Allah.
Yang paling sulit bagi diri ini ujian hati T__T  kata KH Abdullah Gymnastiar atau lebih dikenall Ustadz Aa gym saat kajian rutinan malem jum’at di masjid Daarut Tauhiid itu sungguh menyindir secara halus dan mengingatkanku bahwa “menjadi hafidzah bukan untuk pamer dll tapi ingat karena Allah, dan ujian terberat bagi anak muda itu ujian hati, anggap saja jika kalian melihat akhwat yang kalian cinta/suka itu anggap dia itu beton dan untuk akhwat jika bertemu ikhwan yang kalian suka anggap saja itu Pohon Mahoni”.. sontak semua jama’ah dalam masjid tertawa dan dengan gaya khas Aa “serius hadirin, ini bukan bercanda”, meskipun bukan bercanda tapi merode ceramah Aa gym itu ngena sampe hati :D
Back to story aaah.. yaa kalo diingat tentang kata “hafidzah” sudah deh kepala ini bisa sampe sakit bangeeeet karena memang terambisi jadi hafidzah, suatu keitika aku pernah kesal terhadap diri sendiri karena hafalan ku berguguran, gara-gara aku pernah melihat suatu film di sahabatku yang dimana isi film itu iiiiihhhhh GA SUKA BANGET AKU, yang namanya penyesalan itu memang selalu datang diakhir, kalaupun datang diawal bukan penyesalan namanya tapi penyesuaian haha :D
Semenjak itu aku mengulang lagi hafalanku yang berguguran sampe-sampe aku pernah diiqob karena memang hafalanku hilaaaaaaangg dengan seketika, itu menjadi suatu pelajaran hidup. Aku ingat pada 1 kisah dimana pada zaman dahulu ada salah satu hafidz yang saat berjalan tidak sengaja melihat aurat perempuan terbuka karena angin yang membuka kain penutup kakinya, hingga sang hafidz itu melihat aurat wanita tersebut. Saat itu pula hafalan sang Hafidz hilang dengan seketika.
Menjaga hafalan itu lebih sulit dibanding menghafalnyaaa, mungkin bagi kalian yang sering menghafal Kalam Allah pasti merasakan apa yang kita rasakan.. eh yang saya rasakan  LMemang ujian bagi hafidz/ah itu sungguh luaaaaaaarrr biasaaaaaa cetar membahana badai halilintar guludug nasi uduk *eh keceplosaaaan hahaa *justkid aahh :D
Kisahku sampai disini dulu yaa.. mau muraja’ah lagi ni, doakan aku menjadi hafidzah yang sholeha ya,, menjadi hafidzah yang bisa membagakan orang tua, guru, sahabat ku di akhirat kelak aamiin, aku ingin memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang aku sayang, baik itu dalam do’a, membantu mereka ataupun lainnya J terutama untuk orang tuaku yang telah melahirkan aku, membesarkan aku, membiayai aku, mengenalkan aku kepada dunia yang semua ini hanya panggung sandirwara, semua ini aku lakukan untuk mu Umi&Abi.. i love you :* aku ingin membrikan kalin mahkota dan jubah dan melindungi kalian di akhirat kelak, meski di dunia ini aku selalu menyusahkan kalian, kadang membuat kalian marah, kesal, karena manjaku membuat kalian kewalahan,, maafin aku ya Umi&Abi.. aku cintaa kalian, semoga kita bisa dipertemukan kembali di Syurga-Nya kelak yaa.. aamiin..

Minggu, 25 November 2012

warna warni kehidupan seorang ukhti kecil


Kehidupan ku setelah memasuki masa kuliah sungguh berbeda jauh, bisa di ungkapkan beda 180 derajat. Aku senang Alloh SWT mentakdirkan ku masuk kampus UPI Bandung, aku senang Alloh mentakdirkan ku berada di lingkungan kampus yang islami, aku senang mendapatkan teman-teman yang menjalin persaudaraan berlandaskan Alloh SWT, aku senang sekali. Nikmat-Mu sungguh tiada bandingannya, tidak bisa ku berkata-kata, hanya bisa meneteskan air mata saat ku ingat akan nikmat-mu yang luar biasa ini, Engkau begitu menyayangiku ya Robb..
Semua yang Engkau berikan membuatku berubah, Engkau memberikan ku keluarga yang tidak utuh, itu membuatku kuat menghadapi dunia yang begitu keras. Engkau memberikanku sahabat yang mengkhianati, itu membuatku harus berhati-hati memilih sahabat. Engkau memberikanku sebuah lembaga yang didalamnya terdapat banyak orang-orang yang memikirkan keegoisannya masing-masing, itu membuatku berfikir jika hak umat yang membutuhkan mereka apakah tidak dipikirkan oleh mereka?, Engkau memberikanku masalah-masalah yang membuatku belajar dewasa, belajar bijaksana, belajar sabar, belajar menjadi kuat, belajar menjadi seorang akhwat yang tangguh.
dulu ku selalu melihat semua yang Engkau berikan itu merupakan sebuah kehancuran hidupku, namun dari ilmu yang Engkau bukakan untuk ku, aku banyak belajar, aku menyikapi semua itu dengan senyuman yang merekah indah seperti bunga yang bermekaran indah ditaman. Aku melihat semua yang Engkau berikan padaku itu merupakan sebuah nikmat lahiriah dan ruhiyah. Ilmu yang Engkau beri membukakan mata hati ku, bahwa Engkau begitu menyayangiku, bukan begitu lagi tapi Engkau pasti sangat sangat sangat sangat menyayangi ku. Aku percaya itu, karena Engkau tidak pernah mau aku menjadi seorang hamba yang lemah, penakut, tidak pintar, tidak penyabar, tidak bijaksana, tidak dewasa, jika ku lengah Engkau selalu memberi peringatan kepada ku.

Selasa, 04 September 2012

Siti Hafshah ra


Hafshah binti Umar bin Khaththab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasih beliau kepada mukminah yang telah menjanda setelah ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam Perang Badar. Setelah suami anaknya meninggal, dengan perasaan sedih, Umar menghadap Rasulullah untuk mengabarkan nasib anaknya yang menjanda. Ketika itu Hafshah berusia delapan belas tahun. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah memberinya kabar gembira dengan mengatakan bahwa beliau bersedia menikahi Hafshah.
Jika kita menyebut nama Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung.


Nasab dan Masa PetumbuhannyaNama lengkap Hafshah adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Naf’al bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Rajah bin Adi bin Luay dari suku Arab Adawiyah. Ibunya adalah Zainab binti Madh’un bin Hubaib bin Wahab bin Hudzafah, saudara perempuan Utsman bin Madh’un. Hafshah dilahirkan pada tahun yang sangat terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yaitu ketika Rasullullah memindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah Ka’bah dibangun kembali setelah roboh karena banjir. Pada tahun itu juga dilahirkan Fathimah az-Zahra, putri bungsu Rasulullah dari empat putri, dan kelahirannya disambut gembira oleh beliau. Beberapa hari setelah Fathimah lahir, lahirlah Hafshah binti Umar bin Khaththab. Mendengar bahwa yang lahir adalah bayi wanita, Umar sangat berang dan resah, sebagaimana kebiasaan bapak-bapak Arab Quraisy ketika mendengar berita kelahiran anak perempuannya. Waktu itu mereka menganggap bahwa kelahiran anak perempuan telah membawa aib bagi keluarga. Padahal jika saja ketika itu Umar tahu bahwa kelahiran anak perempuannya akan membawa keberuntungan, tentu Umar akan menjadi orang yang paling bahagia, karena anak yang dinamai Hafshah itu kelak menjadi istri Rasulullah. Di dalam Thabaqat, Ibnu Saad berkata, “Muhammad bin Umar berkata bahwa Muhammad bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya, Umar mengatakan, ‘Hafshah dilahirkan pada saat orang Quraisy membangun Ka’bah, lima tahun sebelum Nabi diutus menjadi Rasul.”
Sayyidah Hafshah Radhiyallahu ‘anha dibesarkan dengan mewarisi sifat ayahnya, Umar bin Khaththab. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain, kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah melukiskan bahwa sifat Hafshah sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah adalah kepandaiannya dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan.


Memeluk IslamHafshah tidak termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam, karena ketika awal-awal penyebaran Islam, ayahnya, Umar bin Khaththab, masih menjadi musuh utama umat Islam hingga suatu hari Umar tertarik untuk masuk Islam. Ketika suatu waktu Umar mengetahui keislaman saudara perempuannya, Fathimah dan suaminya Said bin Zaid, dia sangat marah dan berniat menyiksa mereka. Sesampainya di rumah saudara perempuannya, Umar mendengar bacaan Al-Qur’an yang mengalun dari dalam rumah, dan memuncaklah amarahnya ketika dia memasuki rumah tersebut. Tanpa ampun dia menampar mereka hingga darah mengucur dari kening keduanya. Akan tetapi, hal yang tidak terduga terjadi, hati Umar tersentuh ketika meihat darah mengucur dari dahi adiknya, kemudian diambilnyalah Al Qur’an yang ada pada mereka. Ketika selintas dia membaca awal surat Thaha, terjadilah keajaiban. Hati Umar mulai diterangi cahaya kebenaran dan keimanan. Allah telah mengabulkan doa Nabi yang mengharapkan agar Allah membuka hati salah seorang dari dua Umar kepada Islam. Yang dimaksud Rasulullah dengan dua Umar adalah Amr bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Abu Jahl dan Umar bin Khaththab.
Setelah kejadian itu, dari rumah adiknya dia segera menuju Rasulullah dan menyatakan keislaman di hadapan beliau, Umar bin Khaththab bagaikan bintang yang mulai menerangi dunia Islam serta mulai mengibarkan bendera jihad dan dakwah hingga beberapa tahun setelah Rasulullah wafat. Setelah menyatakan keislaman, Umar bin Khaththab segera menemui sanak keluarganya untuk mengajak mereka memeluk Islam. Seluruh anggota keluarga menerima ajakan Umar, termasuk di dalamnya Hafshah yang ketika itu baru berusia sepuluh tahun.


Menikah dan Hijrah ke MadinahKeislaman Umar membawa keberuntungan yang sangat besar bagi kaum muslimin dalam menghadapi kekejaman kaum Quraisy. Kabar keislaman Umar ini memotivasi para muhajirin yang berada di Habasyah untuk kembali ke tanah asal mereka setelah sekian lama ditinggalkan. Di antara mereka yang kembali itu terdapat seorang pemuda bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahami. Pemuda itu sangat mencintai Rasulullah sebagaimana dia pun mencintai keluarga dan kampung halamannya. Dia hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan diri dan agamanya. Setibanya di Mekah, dia segera mengunjungi Umar bin Khaththab, dan di sana dia melihat Hafshah. Dia meminta Umar untuk menikahkan dirinya dengan Hafshah, dan Umar pun merestuinya. Pernikahan antara mujahid dan mukminah mulia pun berlangsung. Rumah tangga mereka sangat berbahagia karena dilandasi keimanan dan ketakwaan.
Ketika Allah menerangi penduduk Yatsrib sehingga memeluk Islam, Rasulullah menemukan sandaran baru yang dapat membantu kaum muslimin. Karena itulah beliau mengizinkan kaum muslimin hijrah ke Yatsrib untuk menjaga akidah mereka sekaligus menjaga mereka dari penyiksaan dan kezaliman kaum Quraisy. Dalam hijrah ini, Hafshah dan suaminya ikut serta ke Yatsrib.


Cobaan dan GanjaranSetelah kaum muslimin berada di Madinah dan Rasulullah berhasil menyatukan mereka dalam satu barisan yang kuat, tiba saatnya bagi mereka untuk menghadapi orang musyrik yang telah memusuhi dan mengambil hak mereka. Selain itu, perintah Allah untuk berperang menghadapi orang musyrik sudah tiba.
Peperangan pertama antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy adalah Perang Badar. Dalam peperangan ini, Allah telah menunjukkan kemenangan bagi hamba- hamba-Nya yang ikhlas sekalipun jumlah mereka masih sedikit. Khunais termasuk salah seorang anggota pasukan muslimin, dan dia mengalami luka yang cukup parah sekembalinya dari peperangan tersebut. Hafshah senantiasa berada di sisinya dan mengobati luka yang dideritanya, namun Allah berkehendak memanggil Khunais sebagai syahid dalam peperangan pertama melawan kebatilan dan kezaliman, sehingga Hafshah menjadi janda. Ketika itu usia Hafshah baru delapan belas tahun, namun Hafshah telah memiliki kesabaran atas cobaan yang menimpanya.
Umar sangat sedih karena anaknya telah menjadi janda pada usia yang sangat muda, sehingga dalam hatinya terbetik niat untuk menikahkan Hafshah dengan seorang muslim yang saleh agar hatinya kembali tenang. Untuk itu dia pergi ke rumah Abu Bakar dan merninta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, Abu Bakar diam, tidak menjawab sedikit pun. Kemudian Umar menemui Utsman bin Affan dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, pada saat itu Utsman masih berada dalam kesedihan karena istrinya, Ruqayah binti Muhammad, baru meninggal. Utsman pun menolak permintaan Umar. Menghadapi sikap dua sahabatnya, Umar sangat kecewa, dan dia bertambah sedih karena memikirkan nasib putrinya. Kemudian dia menemui Rasulullah dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah bersabda, “Hafshah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar. Utsman pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah.” Semula Umar tidak memahami maksud ucapan Rasulullah, tetapi karena kecerdasan akalnya, dia kemudian memahami bahwa Rasulullah yang akan meminang putrinya.
Umar merasa sangat terhormat mendengar niat Rasulullah untuk menikahi putrinya, dan kegembiraan tampak pada wajahnya. Umar langsung menemui Abu Bakar untuk mengutarakan maksud Rasulullah Abu Bakar berkata, “Aku tidak bermaksud menolakmu dengan ucapanku tadi, karena aku tahu bahwa Rasulullah telah menyebut-nyebut nama Hafshah, namun aku tidak mungkin membuka rahasia beliau kepadamu. Seandainya Rasulullah membiarkannya, tentu akulah yang akan menikahi Hafshah.” Umar baru memahami mengapa Abu Bakar menolak menikahi putrinya. Sedangkan sikap Utsman hanya karena sedih atas meninggalnya Ruqayah dan dia bermaksud menyunting saudaranya, Ummu Kultsum, sehingga nasabnya dapat terus bersambung dengan Rasulullah. Setelah Utsman menikah dengan Ummu Kultsum, dia dijuluki dzunnuraini (pemilik dua cahaya). Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah lebih dianggap sebagai penghargaan beliau terhadap Umar, di samping juga karena Hafshah adalah seorang janda seorang mujahid dan muhajir, Khunais bin Hudzafah as-Sahami.


Berada di Rumah RasulullahDi rumah Rasulullah, Hafshah menempati kamar khusus, sama dengan Saudah binti Zam’ah dan Aisyah binti Abu Bakar. Secara manusiawi, Aisyah sangat mencemburui Hafshah karena mereka sebaya, lain halnya Saudah binti Zum’ah yang menganggap Hafshah sebagai wanita mulia putri Umar bin Khaththab, sahabat Rasulullah yang terhormat.
Umar memahami bagaimana tingginya kedudukan Aisyah di hati Rasulullah. Dia pun mengetahui bahwa orang yang menyebabkan kemarahan Aisyah sama halnya dengan menyebabkan kemarahan Rasulullah, dan yang ridha terhadap Aisyah berarti ridha terhadap Rasulullah. Karena itu Umar berpesan kepada putrinya agar berusaha dekat dengan Aisyah dan mencintainya. Selain itu, Umar meminta agar Hafshah menjaga tindak-tanduknya sehingga di antara mereka berdua tidak terjadi perselisihan. Akan tetapi, memang sangat manusiawi jika di antara mereka masih saja terjadi kesalahpahaman yang bersumber dari rasa cemburu. Dengan lapang dada Rasulullah mendamaikan mereka tanpa menimbulkan kesedihan di antara istri – istrinya. Salah satu contoh adalah kejadian ketika Hafshah melihat Mariyah al-Qibtiyah datang rnenemui Nabi dalam suatu urusan. Mariyah berada jauh dari masjid, dan Rasulullah menyuruhnya masuk ke dalam rumah Hafshah yang ketika itu sedang pergi ke rumah ayahnya, dia melihat tabir kamar tidurnya tertutup, sementara Rasulullah dan Mariyah berada di dalamnya. Melihat kejadian itu, amarah Hafshah meledak. Hafshah menangis penuh amarah. Rasulullah berusaha membujuk dan meredakan amarah Hafshah, bahkan beliau bersumpah mengharamkan Mariyah baginya kalau Mariyah tidak meminta maaf pada Hafshah, dan Nabi meminta agar Hafshah merahasiakan kejadian tersebut.
Merupakan hal yang wajar jika istri-istri Rasulullah merasa cemburu terhadap Mariyah, karena dialah satu-satunya wanita yang melahirkan putra Rasulullah setelah Siti Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Kejadian itu segera menyebar, padahal Rasulullah telah memerintahkan untuk menutupi rahasia tersebut. Berita itu akhirnya diketahui oleh Rasulullah sehingga beliau sangat marah. Sebagian riwayat mengatakan bahwa setelah kejadian tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menceraikan Hafshah, namun beberapa saat kemudian beliau merujuknya kembali karena melihat ayah Hafshah, Umar, sangat resah. Sementara riwayat lain menyebutkan bahwa Rasulullah bermaksud menceraikan Hafshah, tetapi Jibril mendatangi beliau dengan maksud memerintahkan beliau untuk mempertahankan Hafshah sebagai istrinya karena dia adalah wanita yang berpendirian teguh. Rasulullah pun mempertahankan Hafshah sebagai istrinya, terlebih karena tersebut Hafshah sangat menyesali perbuatannya dengan membuka rahasia dan memurkakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Umar bin Khaththab mengingatkan putrinya agar tidak lagi membangkitkan amarah Rasulullah dan senantiasa menaati serta mencari keridhaan beliau. Umar bin Khaththab meletakkan keridhaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada tempat terpenting yang harus dilakukan oleh Hafshah. Pada dasarnya, Rasulullah menikahi Hafshah karena memandang keberadaan Umar dan merasa kasihan terhadap Hafshah yang ditinggalkan suaminya. Allah menurunkan ayat berikut ini sebagai antisipasi atas isu-isu yang tersebar.


“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang telah Allah menghalalkannya bagimu,- kamu mencari kesenangan hati istri -istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dan sumpahmu; dan Allah adalah pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dan istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberiitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya, ‘Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?’ Nabi menjawab, ‘Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang haik; dan selain dan itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda, dan yang perawan.” (Qs. At-Tahrim:1-5)


Cobaan BesarHafshah senantiasa bertanya kepada Rasulullah dalam berbagai masalah, dan hal itu menyebabkan marahnya Umar kepada Hafshah, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memperlakukan Hafshah dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Beliau bersabda, “Berwasiatlah engkau kepada kaum wanita dengan baik.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah marah besar kepada istri-istrinya ketika mereka meminta tambahan nafkah sehingga secepatnya Umar mendatangi rumah Rasulullah. Umar melihat istri-istri Rasulullah murung dan sedih, sepertinya telah terjadi perselisihan antara mereka dengan Rasulullah. Secara khusus Umar memanggil putrinya, Hafshah, dan mengingatkannya untuk menjauhi perilaku yang dapat membangkitkan amarah beliau dan menyadari bahwa beliau tidak memiliki banyak harta untuk diberikan kepada mereka. Karena marahnya, Rasulullah bersumpah untuk tidak berkumpul dengan istri-istri beliau selama sebulan hingga mereka menyadari kesalahannya, atau menceraikan mereka jika mereka tidak menyadari kesalahan. Kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman,


“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, jika kalian menghendaki kehidupan dunia dan segala perhiasannya, maka kemarilah, aku akan memenuhi keinginanmu itu dan aku akan menceraikanmu secara baik-baik. Dan jika kalian menginginkan (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di kampung akhirat, sesungguhnya Allah akan menyediakan bagi hamba-hamba yang baik di antara kalian pahala yang besar. “ (QS. Al-Ahzab)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjauhi istri-istrinya selama sebulan di dalam sebuah kamar yang disebut khazanah, dan seorang budak bernama Rabah duduk di depan pintu kamar.
Setelah kejadian itu tersebarlah kabar yang meresahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceraikan istri-istri beliau. Yang paling merasakan keresahan adalah Umar bin Khaththab, sehingga dia segera menemui putrinya yang sedang menangis. Umar berkata, “Sepertinya Rasulullah telah menceraikanmu.” Dengan terisak Hafshah menjawab, “Aku tidak tahu.” Umar berkata, “Beliau telah menceraikanmu sekali dan merujukmu lagi karena aku. Jika beliau menceraikanmu sekali lagi, aku tidak akan berbicara dengan mu selama-lamanya.” Hafshah menangis dan menyesali kelalaiannya terhadap suami dan ayahnya. Setelah beberapa hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyendiri, belum ada seorang pun yang dapat memastikan apakah beliau menceraikan istri-istri beliau atau tidak. Karena tidak sabar, Umar mendatangi khazanah untuk menemui Rasulullah yang sedang menyendiri. Sekarang ini Umar menemui Rasulullah bukan karena anaknya, melainkan karena cintanya kepada beliau dan merasa sangat sedih melihat keadaan beliau, di samping memang ingin memastikan isu yang tersebar. Dia merasa putrinyalah yang menjadi penyebab kesedihan beliau. Umar pun meminta penjelasan dari beliau walaupun di sisi lain dia sangat yakin bahwa beliau tidak akan menceraikan istri – istri beliau. Dan memang benar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan menceraikan istri-istri beliau sehingga Umar meminta izin untuk mengumumkan kabar gembira itu kepada kaum muslimin. Umar pergi ke masjid dan mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menceraikan istri-istri beliau. Kaum muslimin menyambut gembira kabar tersebut, dan tentu yang lebih gembira lagi adalah istri-istri beliau.
Setelah genap sebulan Rasulullah menjauhi istri-istrinya, beliau kembali kepada mereka. Beliau melihat penyesalan tergambar dari wajah mereka. Mereka kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk lebih meyakinkan lagi, beliau mengumumkan penyesalan mereka kepada kaum muslimin. Hafshah dapat dikatakan sebagai istri Rasul yang paling menyesal sehingga dia mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati dan menjadikannya sebagai tebusan bagi Rasulullah. Hafshah memperbanyak ibadah, terutama puasa dan shalat malam. Kebiasaan itu berlanjut hingga setelah Rasulullah wafat. Bahkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, dia mengikuti perkembangan penaklukan-penaklukan besar, baik di bagian timur maupun barat.
Hafshah merasa sangat kehilangan ketika ayahnya meninggal di tangan Abu Lu’luah. Dia hidup hingga masa kekhalifahan Utsman, yang ketika itu terjadi fitnah besar antar muslimin yang menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman hingga masa pembai’atan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ketika itu, Hafshah berada pada kubu Aisyah sebagaimana yang diungkapkannya, “Pendapatku adalah sebagaimana pendapat Aisyah.” Akan tetapi, dia tidak termasuk ke dalam golongan orang yang menyatakan diri berba’iat kepada Ali bin Abi Thalib karena saudaranya, Abdullah bin Umar, memintanya agar berdiam di rumah dan tidak keluar untuk menyatakan ba’iat.
Tentang wafatnya Hafshah, sebagian riwayat mengatakan bahwa Sayyidah Hafshah wafat pada tahun ke empat puluh tujuh pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Dia dikuburkan di Baqi’, bersebelahan dengan kuburan istri-istri Nabi yang lain.


Pemilik Mushaf yang PertamaKarya besar Hafshah bagi Islam adalah terkumpulnya Al-Qur’an di tangannya setelah mengalami penghapusan karena dialah satu-satunya istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang pandai membaca dan menulis. Pada masa Rasul, Al-Qur’an terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat untuk kemudian dituliskan pada pelepah kurma atau lembaran-lembaran yang tidak terkumpul dalam satu kitab khusus.
Pada masa khalifah Abu Bakar, para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam peperangan Riddah (peperangan melawan kaum murtad). Kondisi seperti itu mendorong Umar bin Khaththab untuk mendesak Abu Bakar agar mengumpulkan Al-Qur’an yang tercecer. Awalnya Abu Bakar merasa khawatir kalau mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu kitab itu merupakan sesuatu yang mengada-ada karena pada zaman Rasul hal itu tidak pernah dilakukan. Akan tetapi, atas desakan Umar, Abu bakar akhirnya memerintah Hafshah untuk mengumpulkan Al-Qur’an, sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Qur’an itu berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal.
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Hafshah Radhiyallahu ‘anha dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.


Sumber: buku Dzaujatur-Rasulullah , karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadhhttp://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/01/hafsah-binti-umar-wafat-45-h/